Jumat, 04 September 2009

Sembahyang Zhong Yuan Tanggal Imlek 15 bulan 7

Zhong Yuang disebut sembahyang tanggal 15 bulan 7, juga dinamakan hari Yu Lan Pen yakni bersama-sama sembahyang di kuburan (Qing Ming) dan sembahyang tanggal 15 bulan 10 (Xia Yuan) dikenal sebagai 3 hari setan yang besar, yakni hari besar tahunan di seluruh negeri.
Asal usul sembahyang tanggal 15 bulan 7 dan Tradisinya.

Asal usulnya sembahyang tanggal 15 bulan 7 ini, terdapat beberapa cara ada versi Buddha dan Taoisme. Dalam catatan sejarah, sejak zaman Dinasti We Qi Nan Bei Cao sudah menjadi suatu budaya. Pada tanggal 15 bulan 7 para Biksu harus membuat sebuah keranjang makanan untuk dipersembahkan ke seluruh Vihara. Menurut Yu Lan Pen Jing dalam ajaran Buddha harus membuat 7 turunan pahala untuk menyembah roh-roh yang kesepian dan setan-setan liar.
Dalam kitab Yu Lan Pen Jing mengatakan, seorang Buddha bernama Mu Lian melihat ibunya yang sudah meninggal, hidup bersama sekelompok setan lapar, maka ia menggunakan mengkok berisikan nasi untuk menyuapi ibunya. Tetapi sebelum nasi masuk ke mulut ibunya, sudah berubah menjadi arang, akhirnya ibunya tidak dapat makan.

Melihat kejadian itu Mu Lian sangat terkejut, buru-buru dia melaporkannya kepada Sang Buddha. Menurut Sang Buddha, dosa ibunya berat, Jika Mu Lian melakukannya sendiri tidak dapat menolongnya, harus bersama beberapa orang Biksu, dengan cara pada tanggal 15 bulan 7 menyediakan 5 macam makanan dan ratusan buah-buahan untuk menyembah. Dan Sang Buddha memerintahkan para Biksu memberikan doa bagi 7 turunan ayah dan ibu. Dengan demikian baru bisa makan, sehingga ibunya Mu Lian dapat terlepas dari kesengsaraan setan-setan lapar itu.

Mu Lian juga berjanji kepada Sang Buddha, bahwa dirinya akan menyembah Sang Buddha, dan murid-muridnya yang berbakti juga harus menyembah dengan menggunakan Yu Lan Pen. Demikian asal usul tradisi Yu Lan Pen Buddha.

Mengenai sembahyang 15 bulan 7 ini, Taoisme memiliki dasar tersendiri, dalam catatan tertulis ; pada suatu hari pejabat daerah mengumpulkan masyarakat dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok orang baik dan orang jahat, kemudian bersama-sama sembahyang di gunung Yi Jin San. Sebelumnya, mereka mengumpulkan bunga, buah-buahan dan barang-barang berharga dari gunung untuk menghias busana. Barang-barang persembahan yang bagus, makanan dan minuman dipersembahkan kepada para dewa. Pada saat itu, setan-setan yang kelaparan dapat menikmati persembahan, sehingga kenyang dan terlepas dari kesengsaraan.

Dalam catatan tersebut tidak disebutkan asal usul Dao Jing, maka hal itu sulit ditelusuri kebenaranyyan. Dari manapun asalnya dari yang dipercaya dan diyakini bahwa Taoisme pada zaman Han dan We tidak ada dasar agamanya, jadi semua merupakan pelajaran dari Buddha.
Kita bisa jelas mengetahuinya dari pengertian hari sembahyang tanggal 15 bulan 7 (Zhong Yuan) versi Taoisme, karena tidak boleh berpedoman dari cerita Mu Lian yang menolong ibunya, akibatnya tradisi sembahyang tanggal 15 bulan 7 itu, dalam Taoisme makin lama makin ditinggalkan, sehingga setelah dilakukan pembuktian, dapat diketahui bahwa hal itu adalah merupakan cerita dari Buddha.

Mulanya, hari Sang Yuan menurut pandangan Taoisme menceritakan para dewa yang memberikan rezeki, dan sehingga sekarang hal tersebut masih diyakini. Kemudian sembahyang tanggal 15 bulan 7 (Zhong Yuan) mengandung pengertian setan tanah memberikan pengampunan, tetapi tidak diyakini sebagaimana Mu Lian menolong ibunya dari ajaran Buddha.

Maka tidak heran, kalau hal ini tidak sebesar pengaruh dari ajaran Buddha.
Sementara sembahyang tanggal 15 bulan 10 (Xia Yuan) yang mengandung makna setan air menolong menyelesaikan bahaya, dikarenakan semua daerah sembahyangnya pada tanggal 15 bulan 10. Tetapi sembahyang tanggal 15 bulan 10 (Xia Yuang) malah diabaikan, karena musim dingin sudah tiba, diyakini bahwa setan-setan mulai kedinginan.

Oleh karena itu sembahyang tanggal 1 bulan 10 harus membakar baju kertas atau dinamakan hari sembahyang “bakar baju”. Tradisi seperti ini tidak dilakukan lagi, sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya sembahyang “bakar baju”.

Kamis, 03 September 2009

KITAB-KITAB SUCI AGAMA TAO

Agama-agama di dunia dapat dipahami melalui kitab-kitab yang oleh penganutnya dianggap suci atau sakral. Sebagaimana agama lain di dunia, Agama Tao juga memiliki kitab-kitab yang dipandang suci dan dijadikan oleh penganutnya sebagai acuan dalam berbuat dan bertingkahlaku.

Kitab-kitab atau buku-buku yang berhu-bungan dengan Agama Tao mencakup koleksi dari karya-karya yang sangat luar biasa yang jumlahnya tidak terbilang banyaknya. Buku-buku tersebut meliputi karya-karya yang berhubungan wahyu atau kitab-kitab yang dianggap wahyu oleh para pengikut Agama Tao, kitab-kitab silsilah mengenai keturunan raja-raja dan orang-orang penting, dan kitab tentang simbol-simbol yang terdapat dalam diagram-diagram suci.

Hingga saat ini, buku-buku yang berkenaan dengan peraturan agama Tao jumlahnya tidak kurang dari 1445 edisi, dan terdiri dari 1120 volume. Buku-buku tersebut dapat dilihat atau tersebar di luar klenteng dan biara-biara Tao. Kitab-kitab dan buku-buku yang berhubungan dengan Agama Tao semakin banyak dikenal masyarakat setelah dicetak kembali pada tahun 1926.

Sekarang ini, usaha yang dilakukan oleh para penganut Tao bukan saja memperbanyak kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan Agama Tao tapi juga dilakukan penelitian secara sungguh-sungguh, mendalam dan ilmiah mengenai Agama Tao. Hasil dari penelitian tersebut, bukan saja bermanfaat bagi para penganut Agama Tao yang ada di seluruh dunia, tapi juga bagi para ilmuan yang ingin mendalami Agama Tao.

Di samping buku-buku yang berhubungan dengan Agama Tao, ada juga hal-hal penting yang tidak berbentuk kitab-kitab atau buku yang terkait dengan agama dan peraturan-peraturan Agama Tao, ini termasuk dokumen-dukumen penting yang berhubungan dengan agama. Dokumen-dokumen keagamaan yang telah dikumpulkan, seperti penemuan-penemuan arkeologi sebagaimana yang terdapat di goa-goa, salah satunya ditemukan di goa Dunhuang, yang dijual oleh penguasa pada abad ke 11, kemudian dibuka kembali pada tahun 1990.

Selain dokumen-dokumen, karya-karya lain mengenai Agama Tao para ahli juga menjumpai tulisan-tulisan yang berkaitan tentang agama yang terpahat di batu-batu dan tembaga-tembaga kuno. Batu-batu dan tembaga-tembaga yang menyimpan dokumen-dokumen penting tersebut dapat dijum-pai di gua-gua, gunung-gunung, dan tempat-tempat ibadah orang China.

Informasi-informasi mengenai Agama Tao tidak hanya dijumpai dalam tulisan-tulisan yang ber-bentuk buku-buku, dokumen-dokumen dan pahatan-pahatan pada batu dan tembaga, tapi juga dapat berupa bahasa lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut oleh para tokoh-tokoh agama Tao, yang berfungsi sebagai pedoman moral dan spiritual bagi para pengikut Tao.

Kitab-kitab yang paling pokok dari agama Tao adalah Tao te Cing, diajarkan pada para pengikut Lao Tze, yang ditulis pada abad ke 6 sM oleh Lao Tze yang merupakan penjaga arsip diperpustakaan negara atau juru ahli arsip kerajaan. Sebagai penjaga arsip, tentu saja Lao Tze sangat mengua-sai arsip-arsip tua yang ada diperpustakaan di tempat ia bekerja.

Tao Te Cing yang hanya terdiri dari 5000 kata ditulis secara gaib dan menggunakan bahasa kiasan. Sangat sulit bagi awam untuk memahami isi kitab tersebut, karena sangat puitis dan disampaikan secara lugas. Isi terpenting dari kitab Tao te Cing tersebut adalah “tanpa berbuat” (wu wei), dapat juga diartikan sebagai non action, yang bertentangan dengan alam yang menghendaki manusia untuk berbuat, bekerja dan sebagainya; yang digunakan sebagai metode-metode dan etika untuk memelihara kehidupan seseorang; dan memberikan contoh “jalan” untuk semua orang termasuk penguasa dari orang yang bijaksana, yang juga dikenal dengan Lao Tze atau tokoh utama yang sangat diagungkan dalam Agama Tao.

Kitab Tao Te Cing tersebut merupakan pemikiran dari Lao Tze yang dijadikan buku pedoman moral dan etika bagi banyak orang yang ditulis dari abad ke 4 sM. Sebagian orang atau para ahli menganggap bahwa ada kemungkinan Lao Tze merupakan tokoh mitologi yang tidak pernah ada di di dunia ini, karena kisah-kisah seputar, dia sangat unik yang tidak pernah dijumpai oleh kebanyakan orang di dunia ini. Kemungkinan-kemungkinan seperti itu juga sulit untuk dibuktikan, karena kesulitan untuk menemukan data untuk membuktikan hal tersebut.

Para ahli mengatakan bahwa tidak ada kitab lain kecuali Tao Te Cing yang banyak dibaca dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan tersebar di seluruh dunia. Para pembacanya, bukan saja dari kalangan pengikut agama Tao, tapi juga orang-orang yang ada di luar agama Tao. Mereka tertarik karena ajaran-ajarannya bersifat umum dan lebih bersifat mistik. Di samping itu, ketertarikan orang untuk membaca kitab Tao te Cing tersebut karena maknanya yang mendalam yang dapat diambil yang dapat diambil dari kata-katanya yang penuh arti. Kitab ini mengungkapkan esensi filsafat awal ajaran Tao.

Kitab ini juga disusun menjadi bab-bab pendek yang puitis, kata-katanya yang ditulis dalam aksara China kuno memberikan peluang kepada banyak orang untuk menafsirkannya, oleh karena itu tidak heran jika banyak kita jumpai penafsiran-penafsiran yang beragam mengenai ayat-ayat yang ada dalam kitab Tao te Cing. Tidak hanya itu, setiap penerjemah kitab Tao te Cing, tidak hanya dipandang sebagai penerjemah tapi juga sebagai seorang penafsir, yang berbeda antara satu penerjemah dengan penerjemah lainnya. Di sinilah letak menariknya kitab tersebut, sehingga banyak orang berkeinginan untuk mempelajari dan menggali ajarannya secara mendalam.

Tao Te Cing dapat diartikan sebagai kitab klasik atau kuno tentang jalan dan keluhurannya, dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang Tao. Yang diyakini ada di mana-mana dan asal mula dari segala sesuatu yang ada di alam ini. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Tao tidak dapat dibayangkan dan tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia. Sedangkan bagian kedua dari kitab tersebut adalah membicarakan tentang Te, yaitu daya atau kekuatan yang diperoleh dengan mengikuti Tao. Secara keseluruhan kitab Tao Te Cing ini terdiri dari 82 bab.

Tao Te Cing memperlihatkan jalan Taois dan menunjukkan bahwa dengan mengikutinya akan membuat kita mencapai kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun setelah kematian. Lao Tze menggungkapkan Tao melalui lirik yang indah dan puitis, sehingga membangkitkan semangat para pembacanya. Lao Tze ingin menjelaskan Tao itu kepada para pembaca kitab Tao Te Cing dengan sejelas-jelasnya, sehingga mulai dari masyarakat awam sampai dengan masyarakat yang terdidik tidak mengalami kesulitan memahami Tao.

Bagi Lao Tze, Tao itu tidak hanya untuk dikenal atau diketahui, tapi yang lebih penting adalah ada atau bersama dalam diri manusia. Dengan demikian, dia dapat dapat dijadikan semacam pembimbing jalan hidup manusia. Oleh sebab itu dia dinamai Tao atau Jalan, yang dapat dijadikan jalan bagi orang yang mencari kebenaran dan keselamatan dalam hidup ini. Bagi Lao Tze, Tao itu tidak perlu disembunyikan atau disamarkan, tapi juga harus dijelaskan dan dimengerti oleh semua orang yang ingin mencari kedamaian hidup di dunia dan setelah kematian.

Tao Te Cing mengungkapkan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya secara sistematis, sehingga memberikan makna dan dasar pemahaman bagi semua orang. Daya-daya atau kekuatan-kekuatan akan saling mencip-takan melalui reaksi berantai yang diawali oleh energi yang saling bertentangan. Peristiwa atau kejadian-kejadian yang ada di dunia nyata merupakan akibat dari daya-daya atau kekuatan ini. Ada merupakan aspek dari tidak ada, sedangkan tidak ada merupakan aspek dari ada, dan keduanya saling menciptakan. Secara sederhana dapat kita katakan bahwa “orang yang hidup” pada awalnya mereka “tiada”, sedangkan “orang yang mati” pada awalnya mereka “ada atau hidup” sebelumnya kemudian mereka mati.

Sebagaimana disebutkan oleh Simpkins, bahwa Tao tidak mengenal akhir, namun kehampaan, yang merupakan jantung dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, atau jantung kehidupan bagi semua mahluk hidup. Berdasarkan ajaran Tao Te Cing bahwa kehidupan yang abadi ditemukan dalam kehampaan. Dari kehampaan bersemi kegunaan. Ruang kosong di dalam gelaslah yang membuat gelas itu menjadi bermanfaat untuk orang banyak, karena tanpa ada ruang kosong di dalamnya, maka gelas tersebut tidak akan dapat diisi dengan air, dan akhirnya tidak akan bermakna bagi semua orang.

Tao Te Cing, memiliki judul asli Lao Tzu. Nama Tao Te Cing diberikan oleh pelajar Tao bernama Wang Pi (226-249) yang berpendapat bahwa kitab tersebut membahas mengenai watak Tao dan kebijaksanaan (te). Akan tetapi nama ini baru resmi dipakai sejak Kaisar Hsuan Tsung berkuasa (739-782) dari dinasti T’ang.

Tentu saja kita ingin mengetahui siapa sebenarnya yang menulis Tao Te Cing, ada beberapa teori yang menjelaskan tentang hal ini. Ada sebagian ahli berpendapat bahwa kitab ini ditulis oleh beberapa orang, salah satu di antaranya tentu saja seorang tokoh sejarah China yang bernama Li Erh yang sekarang dikenal banyak orang dengan Lao tzu atau Lao zi (Lao Tze). Bagian lain dari kitab ini ditulis oleh sejumlah murid Lao Tze atau para pemikir yang sangat menyenangi ajaran Lao Tze.

Para ahli yang lain juga berpendapat bahwa Lao Tze adalah karakter fiktif dan kitab tersebut mewakili ajaran sekelompok pemikir yang memiliki ikatan hubungan longgar tapi memiliki gagasan serupa. Ketika pemikiran tersebut digabungkan dalam satu kitab, kitab ini dinamai Lao Tze, karena mengandung ajaran “orang tua yang bijaksana”. Lao dapat diartikan “tua” dan Tzu berarti “orang yang bijak”. Banyak orang juga berpendapat bahwa kitab ini merupakan hasil kerja dari satu orang dan bukan ditulis oleh satu orang.

Banyak orang menyetujui bahwa kitab Tao Te Cing ditulis dalam satu periode, tapi orang berbeda pendapat ketika menjelaskan kapan kitab tersebut ditulis atau waktu yang pasti kitab tersebut ditulis. Sebagian orang berpendapat bahwa kitab tersebut dibuat pada periode Musim Semi dan Musim Gugur (770-476 sM) dari dinasti Chow Timur (770-221 sM), sehingga Lao Tze yang dianggap orang tua yang hidup di abad 5 sebelum masehi (551-476 sM).

Dalam beberapa buku tentang filsafat China dikatakan bahwa Confucius (Konghucu) pernah bertemu denga Lao Tze dan meminta nasehat kepadanya. Beberapa para ahli yang lain membantahnya, karena gaya kitab ini berbeda dengan gaya kitab klasik Confucius, seperti Su Si atau Analekta (kumpulan karya Konfucius). Dan tidak mungkin kitab tersebut ditulis di zaman hidupnya Confusius.

Di samping Tao Te Cing, kita juga mengenal kitab lain dalam Agama Tao, yaitu Chuang-Tzu atau Zhuangzi, merupakan kumpulan 33 (tiga puluh tiga) Bab esai yang terbagi menjadi tiga bagian: Bab Dalam (nei-p’ien). Bab luar (wai-p’ien), dan bab lain-lain (tsa-p’ien), sebagaimana banyak naskah kuno yang lain. Chuang-Tzu yang kita miliki sekarang ini kurang lengkap. Kitab Chuang-Tzu yang ada sekarang ini ada kemungkinan disatukan pada awal abad ke-4. Pada masa dinasti T’ang, status Chuang-Tzu terangkat ketika kitab ini menjadi satu dari tiga kitab klasik Agama Tao, bersama dengan Tao Te Cing dan Lieh-tzu.

Tulisan dalam Chuang-tzu meliputi pemikiran lebih dari empat ratus tahun. Yakni dari abad ke-4 sM, pada periode pertempuran antar negeri (475-221 sM) dinasti Chow Timur sampai dengan abad ke-3 pada masa dinasti Han Timur. Pada saat ini diyakini bahwa Bab Dalam, yang ditulis antara tahun 250 dan 300 sM, adalah bab yang paling tua dari kitab ini. Bab-bab dalam kitab ini, kelihatannya ditulis oleh satu orang, dan yang menulisnya kemungkinan besar adalah Chuang-tzu sendiri. Beberapa bagian dari Bab Luar dan Bab lain-lain dari kitab ini merupakan esai yang ditulis oleh orang-orang yang berbeda antara tahun 221 dan 25 sM, atau pada masa dinasti Ch’in dan Han. Sedangkan pada bagian lain dari kitab ini kemungkinan besar ditulis pada masa dinasti Wei dan Chin (antara tahun 220-420 M). Beberapa pengarang tersebut adalah murid Chuang-tzu, sedangkan yang lainnya adalah filsuf-filsuf Tao yang hidup beberapa ratus tahun setelah masa Chuang-tzu, yang mengembangkan pemikiran-pemikiran Chuang-tzu untuk generasi-generasi berikutnya.

Chuang-tzu atau Zhuangzi, dianggap oleh para ahli sebagai karya kedua terbesar dari filsafat Taoisme. Kitab ini diberi nama oleh pengarangnya pada abad ke 4 sM, Zhuangzi (guru Zhuang), dan nama lain untuk Zhuangzi adalah Zhuang Zho. Kitab ini lebih banyak diperuntukkan untuk rakyat jelata sebagai pedoman hidup mereka, ketimbang pada para penguasa. Zhuangzi yang juga dikenal sebagai nama penulisnya, dikenal sebagai tokoh yang senang mewujudkan Tao yang tidak terbatas dalam dirinya, guna untuk mempertahankan nilai-nilai kemanusian dalam hidup ini. Dia melihat realitas alam dan menggambarkan alam sebagai sesuatu yang tidak terbatas atau kekal yang ada di alam ini dengan cara yang berbeda-beda. Dia juga melihat bahwa perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup ini dan juga dalam kematian sebagai perpaduan dengan Tao atau tidak terlepas dari unsur Tao.

Kitab Zhuangzi juga bicara tentang keabadian atau kekekalan hidup, kesempurnaan individu atau orang-orang yang hidup di atas gunung-gunung, mencari makanan di sekelilingnya, menghirup embun pagi, udara segar, dan pengalaman di atas gunung yang sangat menyenangkan adalah suatu tindakkan yang dapat menghadirkan ke dalam diri mereka. Semua ide-ide yang terkandung dalam kitab ini menjadi sangat penting bagi tradisi keagamaan Taoisme di seluruh dunia. Pemikiran Zhuangzi yang tertuang di dalam kitabnya ditulis dalam 7 bab, sedangkan pemikiran yang lain ditulis sebayak 26 bab yang barangkali merupakan karya bagi para murid-muridnya yang sangat cerdas dan sangat bijaksana. Dengan adanya kitab Zhuangzi ini maka kepustakaan tentang agama Tao semakin bertambah dan pengetahuan orang mengenai Agama Tao juga semakin bertambah.

Selain Tao Te Cing, Zhuangzi, ada lagi dua karya kefilsafatan Taoisme yang besar lainnya yang ditulis pada abad ke 2 SM. Kedua karya kefilsafatan Taoisme tersebut adalah Huainanzi (guru Huainan) dan Leizi (kira-kira ditulis pada abad ke 3 sM sampai dengan abad ke 4 M). Sama dengan kitab Zhuangzi, kedua kitab ini diberi nama setelah pengarangnya meninggal dunia. Kitab Huananzi menjelaskan bagaimana waktu, alam, dan tindakan manusia satu dengan lainnya dapat saling berhubungan, ketergantungan, sehingga sulit untuk dipisahkan di antara mereka. Berbeda dengan kitab Huainanzi, kitab Liezi menjelaskan mengenai Tao dan perubahan-perubahannya sepanjang sejarah, serta menjelaskan tentang penciptaan alam ini.

Kitab Liezi atau Lieh-tzu, juga dianggap sebagai kumpulan cerita dan hiburan-hiburan dalam filsafat. Kitab ini juga berisikan bahan-bahan yang ditulis selama 600 tahun (berkisar antara 300 sM sampai dengan 300 M). Dalam karya yang aslinya, kitab ini terdiri dari 20 bagian. Dari ke-20 bagian ini kemudian dipadatkan menjadi 8 bagian seperti yang dapat dijumpai saat ini. Lebih kurang 100 tahun, kitab ini tidak mendapat perhatian banyak oleh para pengikut Agama Tao, sebagai-mana layaknya kita Tao Te Cing dan Chuang-tzu. Ajara-ajaran yang tertuang dalam kitab ini dianggap hanya untuk memahami Agama Tao pada masa negeri-negeri yang berperang dan kebudayaan-kebudayaan yang berkembang pada awal kekuasaan dinasti Han. Kitab ini sampai ke generasi kita sekarang ini karena jasa besar seorang Cendikiawan dari dinasti Chin Timur, yang hidup pada tahun 317 sampai dengan 420. Dialah yang berjasa menyunting dan memberi komentar kitab ini sehingga menarik untuk dibaca orang banyak. Jika tidak ada usaha keras dari dia, maka barangkali kita sudah tidak akan menemukan kitab ini dan selamanya tidak akan tahu isinya.

Dalam sejarah perkembangan Agama Tao selama ribuan tahun, lebih dari ribuan buku yang tersebar ke seluruh dunia, yang berasal dari kelompok-kelompok Agama Tao dan praktek-praktek Agama Tao yang muncul di masa pemerintahan rakyat. Salah satu buku yang amat penting adalah Bao Puzi (guru yang berpenampilan sederhana) oleh Ge Hong, yang ditulis pada tahun 230M. Ge Hong adalah anggota keluarga dari kaum ningrat yang berasal dari bagian Selatan China yang memiliki hubungan erat dengan kelompok Shangqing. Karya ini difokuskan untuk menjelaskan tentang waktu-waktu dan tempat-tempat untuk melakukan ibadah atau meditasi. Buku atau karya tersebut juga menunjukkan bahwa ada pengaruh dari ilmu fangshi atau “laki-laki dengan makanan”, dan tradisi shaman yang cukup berkembang di China bagian Selatan.

Kitab Bao Puzi dibagi dalam dua bagian atau bab, yaitu bab pertama adalah bab “bagian dalam” yaitu bab yang dikhususkan untuk kalangan tokoh-tokoh Tao tertentu saja, dan kedua adalah bab “bagian luar”, yaitu bab-bab yang menjelaskan tentang etika Konfusius. Bab-bab bagian sebelah dalam berkaitan dengan metode-metode dan teknik-teknik untuk mencapai keabadian, atau kehidupan yang kekal, termasuk juga penciptaan obat untuk memperoleh keabadian yang berasal dari zat-zat mineral. Sedangkan bab-bab di bagian sebelah luar berkaitan dengan adat-istiadat masyarakat dan tingkah laku manusia di dunia ini, khususnya adat istiadat orang China.

Dalam kitab tersebut juga dijelaskan mengenai moral, kebijaksanaan, dan keabadian hidup. Dalam kitab tersebut juga dijelaskan bahwa salah satu yang harus dilakukan oleh orang-orang yang beriman di dalam praktek-praktek ibadah adalah memohon pertolongan dari dewa-dewa, dan sebaliknya mereka juga harus memberikan sesuatu kepada dewa-dewa. Dalam hal ini ada proses timbal-balik, saling memberi dan membalas pemberian tersebut.

Kitab-kitab atau buku-buku yang disebutkan di atas mencakup peraturan-peraturan Agama Tao yang sangat banyak (tao-tsang), etika dan adat-istiadat. Para ahli mencoba untuk mengumpulkan dan mengelompokkan semua karya-karya para ahli Agama Tao yang terjadi pada abad ke 15 sehingga karya-karya tersebut dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. Atas dasar pemikiran tersebut, maka secara berkala karya-karya terse-but dapat dikumpulkan dengan bahan-bahan baru yang ditambah dengan versi baru tentang aturan-aturan Agama Tao.

Dalam perkembangan Agama Tao adakalanya terjadi pelarangan terhadap buku-buku yang ditulis oleh para ahli Agama Tao dan terjadi kekacauan di pusat kota China yang disebabkan oleh pem-berontak yang berasal dari luar China dan juga pemberontak-pemberontak yang berasal dari dalam negeri China itu sendiri. Versi sekarang dari buku-buku Tao tersebut telah dimusnakan, dengan beberapa karya yang lain yang sama sekali hilang. Di bawah kekuasaan tentara Mongol dan dinasti Yuan, satu versi dari kitab-kitab tersebut dibuat dalam 7000 bab. Kemudian Kubilai khan meme-san semua buku-buku Tao tersebut termasuk Tao te Cing untuk dibakar setelah terjadi perselisihan antara pengikut-pengikut Tao dan Buddha.

Pada abad ke 15, kitab peraturan Agama Tao dikelompokkan dalam tiga bagian. Hal ini dilakukan karena untuk mempromosikan kitab-kitab Buddhisme, yang tumbuh dengan cepat dan popular pada saat itu. Tiga bagian dari kitab-kitab ini mewakili tiga kelompok tradisi Tao yang berkembang pada saat itu, yaitu: Shangqiang, Lingbao, dan Sanhuang (tiga raja yang berkuasa). Bagian-bagian lain dari kitab tersebut, tidak ada hubungan dengan karya-karya kelompok-kelom-pok sebelumnya. Tergolong dalam kelompok ini adalah Celestial Master (guru-guru surga), yang kemudian hari semakin berkembang di daratan China. Tiga bagian dari kitab-kitab yang disebutkan di atas dibagi lagi dalam sub-sub bagian yang membahas segala macam persoalan yang berhubungan dengan manusia. Salah satu pokok bahasan tersebut mencakup kemurnian wahyu; yang lain lagi adalah pokok bahasan mengenai penafsiran. Bagian lain dari kitab-kitab Agama Tao tersebut membahas persoalan silsilah keturunan dan sejarah kehidupan tokoh–tokoh Tao yang cukup terkenal pada masa itu. Dalam kitab-kitab Agama Tao tersebut hal-hal yang menyangkut peta-peta, diagram-diagram, jimat-jimat suci juga dikelompokkan dalam bagian tersendiri; bagian lain lagi juga menjelaskan konsep-konsep mengenai etika, dan lagu-lagu rohani; dan juga ditambah dengan karya-karya yang menjelaskan praktek-praktek feng shui yang berkembang dalam kebudayaan orang China, di manapun mereka berada, di masa lampau maupun masa sekarang.

Taoisme menerangkan tentang agama yang mencakup unsur-unsur ketuhanan, penciptaan, kematian dan persoalan-persoalan etika. Tidak hanya itu, persoalan tentang emanasi juga dijelaskan dengan panjang lebar, seperti misalnya bahwa manusia hidup karena ada nafas (yuangi) yang ada pada gerakan pertama Tao. Jadi kelompok keagamaan Tao berawal dengan guru-guru surga (celestial master), yang dipandang sebagai perwujudan Tao di atas permukaan bumi ini. Tao Te Cing dipandang sebagai wahyu dari Lao, yang dikenal sebagai Laozi atau Lao Tse. Dia (Tao Te Cing) juga dianggap kitab suci dan Lao Tze (pencipta dari kitab tersebut) dipandang sebagai malaikat pelindung yang datang dari langit oleh para pengikutnya. Seorang penerima wahyu yang cukup terkenal adalah Yang Xi, yang dimasukki oleh sejumlah roh-roh para tokoh-tokoh Agama Tao yang terjadi antara tahun 364 dan 370 M. Yang Xi membuat kitab suci yang dianggap datang dari langit yang paling tinggi (Shanging), dan kitab-kitab ini menjadi pedoman bagi kelompok Shanging. Kitab suci Tao Te Cing adalah kesusastraan yang paling tinggi, baik dalam segi gaya maupun dalam segi kaligrafi. Karya-karya Yang xi yang sangat bagus, yang tersebar ke seluruh masyarakat, bukan saja bermanfaat bagi masyarakat, tapi juga dapat meningkatkan wibawanya di mata masyarakat.

Kitab-kitab yang lain, seperti kitab klasik tentang perdamaian besar (classic of great peace) (taiping ling) dari kelompok serba kuning (yellow turban) memasukkan ajaran-ajaran Tao ke dalamnya, dan mengharapkan keselamatan dari Lao atau Laozi, atau seorang yang hadir di tengah-tengah masyarakat, dapat menjadi pelayan di masa perdamaian, mendatangkan kemakmuran dan umur panjang.

Banyak buku-buku Tao yang ditulis secara kabur atau dengan bahasa sandi untuk mencegah informasi dari tangan-tangan yang tidak menyetujui diterbitkannya buku-buku tersebut. Para guru-guru Agama Tao yang belum bisa memberikan penga-jaran secara lengkap diberi semacam pelatihan oleh para ahli, sampai mereka yakin betul bahwa para guru tersebut dapat melakukan pengajaran dengan baik. Pengajaran dilakukan secara lisan sehingga mudah dipahami oleh para pemula atau bagi orang yang baru masuk Agama Tao atau baru memahami Agama Tao.

Kitab peraturan Agama Tao, bukan saja menjelaskan aturan-aturan keagamaan, tapi juga menggambarkan tentang kehidupan tokoh-tokoh Tao yang sangat berjasa bagi rakyat banyak, gambaran mengenai yang transenden, dan sejarah tokoh-tokoh lokal Tao yang dihormati dan dipuja oleh orang banyak setelah mereka mati. Bukan saja kitab-kitab peraturan agama Tao, tapi kitab-kitab lain juga menjelaskan pengajaran dan penulisan tokoh-tokoh penting dalam kelompok-kelompok Agama Tao, seperti Lu Dongbin dan Wang zhe yang sangat berjaya di masanya.

Salah satu yang sangat luar biasa dan penting dalam kitab peraturan Agama Tao adalah membi-carakan masalah tempat-tempat suci, seperti gunung-gunung, tempat-tempat ibadah dan candi-candi yang digunakan orang banyak untuk sembahyang. Dalam Agama Tao, alam yang luas ini dipandang sebagai makrokosmos, sedangkan badan manusia dipandang sebagai mikro-kosmos atau bagian dari alam yang sangat besar. Keduanya saling berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi. Jadi, kitab-kitab atau buku-buku tipografi juga menjelaskan mengenai peta langit, bumi, dan gua yang terdapat di bawah tanah. termasuk hal yang penting lainnya, yang tidak hanya untuk garis lintang bumi, perjalanan, melihat alam, tapi juga untuk memetakan alam dari badan kita. Sebab tubuh manusia itu sendiri adalah bagian dari alam yang cukup besar.

PERBEDAAN TAO DENGAN AGAMA

TAO

Tao adalah pokok (hakekat) berasal dari jiwa sejati atau hati nurani dan merupakan kebenaran yang kekal serta abadi, diberikan pada setiap manusia yang disebut jiwa sejati dan juga liang Sin serta hati nurani. Hati nurani adalah akar dari hatinya manusia, dan merupakan maha sumber dari jiwa setiap manusia. Kita dilahirkan dari sana, dan kelak jika meninggalpun harus kembali kesana, ini merupakan jalan hidup dan mati yang memang seharusnya kita lalui.

Tao adalah pusaka rahasia yang sejak dahulu kala, merupakan ilmu sejati dari hati nurani yang misterius, dengan diturunkan dari hati ke hati setiap manusia, dan bila bukan karena firman Tuhan Yang Maha Agung, sesuai dengan situasi, maka diturunkan ke dunia ini. Dewa orang suci manapun tidak akan berani menurunkan ajaran ini dan tidak akan membocorkan kerahasiaan serta keajaiban dari ilmu sejati hati nurani ini.

Oleh karena itu kata-kata sucinya tidak tercetak di atas kertas, seperti Kitab-kitab Se Su Cing (Konfucuisme), Agama Tao dengan lima ribu kata terdapat di dalam Tao Tee Cing, Ching Cing Cing, Huang Thing Cing dan lain sebagainya. Kitab-kitab suci dari Nabi Lau Tze, semuanya tercatat sebagai pembuktian rahasia dari Tao yang sejati ini, tetapi tidak ada yang secara terang-terangan membocorkannya, semuanya hanya memberikan dengan kata-kata/isyarat.

Agama merupakan satu daya upaya di dalam lingkaran dan di luar Tao, yaitu usaha-usaha yang bersumber dari Tao, sebagai macam-macam upaya untuk memberikan peradaban kepada manusia di dunia ini, juga merupakan sebagai alat Tao. Tao adalah tubuh pokok, sedangkan Agama adalah alat yang mengabdi kepada pokok, misalnya sebuah pohon, Tao adalah akarnya, sedangkan ranting-ranting dan daun-daunnya adalah agama.
Semua makhluk, benda dan segala hal, tiada satupun meninggalkan Yang Esa, bila mening-galkan yang Esa akan binasa. Esa adalah Tao, dan ini merupakan kebenaran kekal abadi yang takkan pernah berubah. Kong Hu Cu mengatakan: “Saya selalu menjabarkan Yang Esa, sedangkan Agama adalah satu upaya membina budi pekerti dan berbuat amal, membina hati nurani, sebagai satu upaya pengajaran agar kelak mendapat dasar kehidupan di akhirat”.

Oleh karena itu dikatakan : TAO adalah menjalankan kehidupan beragama, agama termasuk upaya pengajaran di dalam agama masing-masing termasuk juga di dalam pengajaran umum, supaya manusia di dunia ini membina hati nuraninya, dan jangan melakukan perbuatan jahat, melakukan perbuatan-perbuatan baik, dengan menolong hati manusia agar tidak menjadi jahat sehingga menjadikan orang yang baik, agar pada kehidupan setelah kematian mendapatkan pahala kebaikan.

Apa yang diajarkan oleh Agama adalah pengajaran berkeadilan untuk seluruh manusia dan dengan tidak ada perbedaan / siapapun boleh mengetahuinya, maka akan sangat mudah bagi penganutnya. Seperti yang dikatakan Nabi Lao Tze: “Ajaran dan ilmu yang sama rata, apa yang tercatat di kitab-kitab suci agama sangat gamblang dan mudah dibaca untuk diketahui oleh setiap orang, ini merupakan ajaran yang sama rata, tapi di dalam Kitab Kitab Suci itu banyak juga tersembunyi rahasia sejati yang ajaib dan misterius, sepintas lalu maksudnya demikian, tetapi dalam pengertiannya yang dimaksud lain, banyak sekali keajaiban dan kemisteriusannya. Namun bila mendapat petunjuk dari seorang Guru Penerang, bagaimanapun cerdasnya tidak akan mudah mengerti rahasia makna yang terkandung di dalamnya”.

Nabi Lao Tze pun pernah berkata : “Tulisan Nabi yang dapat kita baca dan mengerti adalah ajaran dan apa yang dikatakan Nabi tentang jiwa sejati dan Ke-Tuhanan hanya dapat dibaca (didengar) tapi tidak dapat dimengerti bahwa itu TAO”. Di sinilah letak perbedaan antara TAO dan Agama. Agama sering diturunkan dan disebarluaskan, tapi TAO takkan diturunkan bilamana waktunya belum sampai, karena TAO mempunyai waktu yang sangat tersembunyi.

Bagaimanapun kita perkasa, jenius dan berpengetahuan luas serta mengerti semua ilmu-ilmu klasik dan modern, juga takkan berhasil mendapatkan TAO yang sejati ini. Karena TAO takkan diturunkan bilamana waktunya belum sampai, dan tidak akan diturunkan pada sembarang orang, bila akan turun malapetaka maka barulah TAO diturunkan. Agama memang sudah ada, dan apabila TAO diturunkan agamapun akan tetap ada. TAO tidak jauh berbeda dengan Agama dan begitupun sebaliknya, Agama tidak jauh berbeda dari TAO. Kalau Agama jauh dari TAO, maka agama itu akan merupakan suatu agama sesat dan takkan mengajarkan penganutnya menjadi orang baik

Agama menurunkan kaidah-kaidah kehidupan di dunia bagi setiap manusia, memberikan contoh-contoh berperi kemanusiaan, cara-cara membina hati manusia, sehingga menjadikan sokoguru bagi Negara dan didalam rumah tangganya, dijadikan sebagai alat untuk membina budi pekerti pada kehidupan di dunia ini. Agama mengajarkan manusia merubah yang buruk menjadi yang baik menuju kehidupan yang makmur dan sentosa di masyarakat, sebagai persiapan untuk mendapatkan jalan berke-tuhan-an.

Oleh karena itu agama sangat dibutuhkan dan tidak boleh tidak ada. Penganut agama apapun, bila sudah paham bahwa TAO adalah sumber pokok dari agama. Dari beragama sampai mendapatkan TAO, dan ini harus kita kembangkan kecerdasan kita, maju selangkah dengan bertindak membina diri agar jiwa sejati kita menjadi jernih. Mengerti akan ajaran yang maha luhur, bahwa kita datang darimana dan kelak pada saat nanti meninggal seharusnya pulang kemana, dengan demikian kitapun akan mengerti maksud dari pembinaan hati nurani pada kehidupan sehari-hari.

TAO, Thian di ibaratkan bagai samudera yang luas dan dalam. Karena samudera tempat menampung semua sungai, baik kecil maupun besar, baik airnya bersih maupun kotor, dan yang lebih ajaibnya dapat menjernihkan semua jenis air serta membuat rasanya menjadi satu. Kini tiba saatnya kita berada di ujung zaman, dari ketiga zaman, TAO Thian diturunkan secara luas di dunia ini, dengan tidak membedakan agama dan ras (kebangsaan), tidak membedakan kaya atau miskin, semua berkesempatan mendapatkan TAO dan mendapatkan ajaran yang sejati dari semua ajaran untuk kembali menuju yang Esa, sehingga akan mendapatkan kedamaian hidup (kehidupan yang kekal di surga).

Semua mereka yang berhati baik dan per-caya, baik pria maupun wanita, marilah kita tanamkan dan bercita-cita luhur, dengan tidak ragu atau segan bertanya untuk melangkah maju dengan memperdalam ajaran sejati ini.

TAO yang Maha Besar telah turun dan meluas di dunia ini, segeralah dengan cepat mencari guru penerang untuk mendapatkannya, dan bila tidak secara mendalam kita mempelajari yang Esa ini, maka bila ajal itu tiba, jalan pulang akan tiada.


TUJUAN TAO

TAO memiliki silsilah, yaitu ilmu yang diturunkan dari hati ke hati, TAO diturunkan menurut ajaran hati dari para guru penerus generasi sebelumnya yang merupakan inti serta asal usulnya, ada silsilah dan sumbernya, bukan ajaran sembarangan dan bukan aliran agama sesat. TAO merupakan ilmu hati yang langsung diturunkan, agar kita mampu melampaui kelahiran dan mengakhiri kematian.

Menyadarkan manusia, agar setiap orang memiliki hati nurani, agar setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini telah dibekali roh oleh Tuhan, dan roh ini disebut juga sifat Tuhan (Hati Tuhan yang penuh kasih), maka barulah kita dapat hidup di dunia dengan mempunyai hati nurani. Oleh karenanya setiap manusia seharusnya memiliki hati nurani, namun karena termakan oleh waktu maka lambat laun terlupakan kemudian menjadi hilang, maka kebanyakan manusia perbuatannya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, dengan berbuat yang melanggar hukum, tidak bermoral sehingga masyarakat tidak lagi tenteram. Tujuan TAO adalah menunjukkan adanya hati nurani di dalam diri manusia, supaya setiap manusia menemukan hati nuraninya, sehingga dapat melakukan perbuatan sesuai dengan hati nuraninya.

Memulihkan kebaikan hati serta kebajikan untuk mencapai tujuan yang tertinggi, tidak perlu melalui proses berpikir lagi dan langsung dapat membedakan yang salah dan yang benar, yang baik dan yang buruk, itulah yang dinamakan kebaikan hati. Kebaikan hati dan kebajikan, juga diberikan oleh Tuhan kepada kita, akan tetapi hidup dalam dunia peradaban yang penuh dengan materil, dan demi mengejar kenikmatan materil, sering kali kita tidak tahu apa itu artinya kebaikan hati, sehingga tidak dapat melakukan kebajikan, melainkan apa yang kita pikir dan apa yang kita perbuat, semuanya hanya demi kepentingan pribadi kita sendiri. Tujuan TAO Thian adalah supaya semua orang dapat menemukan kembali Kebaikan Hati dan Kebajikan yang memang sejak dulu kita miliki, sehingga terciptanya dunia yang sempurna dan ideal.

Mentaati aturan-aturan dan tata krama kuno, yaitu 4 (empat) kaidah dan 3 (tiga) aturan. 4 Kaidah yaitu : Sopan Santun (Li), Ksatria / fair (i), Bersih dan tidak korupsi (Lien), dan Tahu malu (Tze). Sedangkan 3 aturan adalah, Atasan sopan bawahan setia. Orang Tua memberikan kasih sayang, anak berbakti. Dan Suami istri yang harmonis.

Sementara Chang (artinya kaidah abadi) : Pengasih/penyayang, bijaksana, sopan santun (Li), cerdas (pikiran tenang, tahu mana yang salah dan mana yang benar, memegang janji/dapat dipercaya.

Semua aturan dan kaidah di atas itu adalah pendidikan moral pada zaman dahulu, karena pendidikan moral memiliki aturan dan kaidah-kaidah itu sebagai dasar, maka hati orang lugu, sederhana dan baik akan hidup tenteram sentosa. Tetapi pada zaman sekarang ini teknologi sangat maju pesat, banyak orang hanya memikirkan mencari uang dan berfoya-foya serta telah lama melupakan kaidah-kaidah pendidikan moral dan tata krama. Oleh karena itu pendidikan dari TAO/Tuhan juga merupakan tujuan, agar manusia dapat taat pada tata krama klasik /kuno itu, sehingga hati nurani kembali menjadi baik.

Menggali ajaran-ajaran dari nabi-nabi kelima agama ; Islam, Kristen (Nasrani), Buddha, Khong Hu Cu dan Taoism. Para Nabi dari kelima agama tersebut, pernah mendapatkan kebenaran dari jagat raya ini (TAO THIAN), oleh karenanya beliau-beliau menjadi nabi.

Kebenaran yang didapat oleh para Nabi itu secara diam-diam disalurkan di dalam Kitab Sucinya masing-masing. Oleh karenanya, bila kita belum mendapatkan TAO THIAN, lalu ingin menjabarkan secara jelas mengenai makna yang terkandung di dalam Kitab Suci tersebut adalah tidak mungkin. Kini TAO THIAN di turunkan ke dunia, maka kita dapat menjabarkan secara jelas makna sebenarnya yang terkandung di dalam ajaran kelima Nabi itu dan kita jadikan sebagai pegangan di dalam pembinaan TAO.

Berusaha mewujudkan dunia yang sama rata dan sama rasa. Sampai pada saat ini, manusia hidup di dunia belum pernah dapat menikmati kehidupan yang benar-benar aman sentosa. Hal ini disebabkan, karena hubungan antar negara, antar manusia, tidak berpijak pada keadilan, yang kuat memakan yang lemah, Negara besar mendikte negara kecil, sehingga peperangan berkobar di mana-mana, dan akhirnya malapetaka merajalela.

Tujuan Tao Thian adalah agar setiap manusia dapat pulih kembali hati nuraninya, sehingga hubungan antar Negara dapat berpijak diatas kaidah keadilan dan diharapkan pada suatu saat nanti, dunia akan betul-betul menjadi aman sentosa serta dunia yang sama rata sama rasa. TAO THIAN tidak memiliki latar belakang apapun juga dan tidak mempunyai maksud lain, tidak mengembangkan pikiran yang buruk, tidak bertolak belakang dengan peraturan-peraturan dan hukum masyarakat serta negara.

TAO THIAN mengajarkan setiap orang berterus terang, polos, jujur dalam bekerja, menghormati langit dan bumi, menghormati para roh suci, patriot, setia pada tugas, menjunjung tinggi tata krama dan sopan santun, berbakti pada orang tua, hormat kepada guru, bergaul dengan teman, dapat dipercaya, hidup rukun dengan tetangga, merubah yang buruk menjadi baik, yang sesat menjadi lurus, membersihkan hati, menjernihkan pikiran, meminjam yang palsu (raga kasar) membina yang asli (roh sejati), memulihkan roh sejati kita menjadi semula, menegakkan diri sendiri untuk menegakkan orang lain, membujuk hati orang menjadi baik, turut berperan dalam usaha menciptakan ketentraman dunia, dan yang terakhir mencapai dunia yang sama rata sama rasa.

APAKAH TAO?

TAO adalah kebenaran dari seluruh jagat raya, oleh karenanya Tao boleh juga dikatakan Kebenaran atau Aturan. TAO tiada bentuk dan tak tampak, tiada suara, tiada bau, tidak dapat dilihat, tak dapat digambarkan. Tapi apabila dijagat raya ini tidak terdapat TAO, maka semua ada di dalam jagat raya tidak akan ada kelanjutan. TAO berada di langit, dibumi, di benda-benda, dan di masalah-masalah serta di segalanya. Di dalam tubuh manusia TAO di sebut sebagai Hati Nurani, bila ada seseorang melakukan hal-hal yang berlawanan dengan hati nurani dan kebenaran dari Tuhan, maka akan dikatakan bahwa perbuatannya telah membelakangi kehendak Tuhan atau tidak sesuai dengan TAO.

TAO adalah kebenaran yang takkan pernah berubah, sejak adanya jagat raya ini, sedangkan jagat raya selalu berubah-ubah, manusia dan segala masalahnya juga selalu berubah, hanya TAO lah yang setelah berjuta tahun tidak pernah dan tidak akan berubah. Ribuan tahun yang lalu, bila seseorang mendapatkan TAO, maka ia menjadi orang suci, seperti ; Lao Tze, Malaikat, dan yang lainnya.

Orang sekarang pun dan ribuan tahun lagi, apabila mendapatkan TAO, maka akan sama juga dapat menjadi seperti yang tersebut di atas. Oleh karena itu, barang siapa yang tahu jalan ini, maka dapat kembali kepada asalnya, menjadi Malaikat, menjadi Buddha, Namun bagi yang tersesat dari jalan ini, maka akan terjerumus ke lingkaran derita

Tumimbal lahir (lingkaran reinkarnasi), atau menjadi makhluk yang berada di alam neraka.

Seperti yang telah dikatakan di atas, bahwa kebenaran (TAO) ini bila terdapat di langit, maka jadilah hukum-hukum angkasa, di bumi jadilah hukum-hukum bumi, di dalam tubuh manusia jadilah apa yang disebut budi pekerti dan kebaikan hati, di dalam masalah akan menjadi aturan, di dalam kebendaan akan menjadi hukum alam, di dalam tulisan dan perjalanan juga terdapat aturan-aturan.

Bila langit kehilangan aturan, maka bintang-bintang akan berguguran, bila bumi kehilangan aturan, maka akan terjadi bencana alam, tanah longsor, banjir, dan lain-lain, bila manusia kehilangan Aturan, menjadi tidak beradab, tulisan tiada Aturan, tidak akan mempunyai pengaruh luas, TAO tiada aturan, juga tidak akan mencapai kesempurnaan.

Maka dari itu, di dalam alam semesta ini, semua hal dan benda, bila terdapat aturan akan menjadi aman sentosa, dan bila sebaliknya, maka akan terjadi angkara murka dan celaka. (Li) aturan harus mendapatkan (I) yang Esa, dan bila kehilangan (I) Esa, maka akan menjadi (mai) terpendam. Pepatah mengatakan : “Berpegang pada Aturan, maka akan dapat berkelana di seluruh dunia, dan bila tidak maka setindakpun/selangkahpun akan sulit”.

TAO juga berarti jalan, jalan ini merupakan jalan satu-satunya menuju surga. Secara singkat dapat dikatakan, bila kita ingin kembali kesurga (Nirwana) yang penuh kebahagiaan abadi, kecuali dengan mendapatkan Jalan Ke-Tuhan-an (TAO) ini, selain itu tida jalan lain.

TAO dalam huruf Tionghoa, terdiri dari 2 (dua) titik, yang artinya Yin dan Yang / Plus dan Minus. Plus dan Minus juga berarti TAO, karena di dalam Plus terdapat Minus dan didalam Minus terdapat Plus, yang berarti bila hanya terdapat Minus, maka tak akan ada perkembangan dan bila hanya ada Plus, maka tak akan ada pertumbuhan.

Bila dijelaskan secara modern, berarti di dalam hati saya terkandung dirimu dan di dalam hatimu terkandung diriku, itulah makna pokoknya. Namun didalam prakteknya, yang seharusnya Minus ya Minus, yang seharusnya Plus ya Plus. Misalnya kita mengemudikan mobil, bila memang waktunya harus perlahan, kemudikanlah dengan perlahan, dan bila waktunya harus cepat, maka kemudikanlah dengan cepat, tetapi bila sebaliknya, maka akan terjadi kekacauan dan akan banyak menimbulkan masalah, hal itu bukanlah cara mengemudi yang aman.

Di bawah antara titik itu terdapat garis, yang artinya Esa dan berarti target yang paling akhir yang harus dikejar oleh berbagai agama dan berbagai aliran filsafat. Taoisme mempunyai pendapat dengan mempertahankan yang Esa, Konfuciusme mengajarkan konsisten dengan keesaan, Agama Buddha mengatakan kembali kepada yang Esa. Esa juga berarti keseluruhan, termasuk yang asli dan yang palsu, dari sini dapat di bayangkan, bahwa Esa sangat penting, bahkan ada orang yang mengerahkan seluruh kehidupannya untuk mencari Esa ini.

Di dalam huruf Tionghoa (Jen) Manusia setelah mendapatkan yang Esa akan menjadi besar, lalu yang Esa ini kemudian di kembang luaskan sesuai dengan keinginan Tuhan, maka menjadi (Thian) dan mencapai suatu taraf, terpadunya antara Tuhan dengan manusia. Para Nabi pernah bersabda : “Langit bila mendapatkan yang Esa akan menjadi bening (cerah), bumi bila mendapatkan yang Esa akan menjadi tentram, manusia bila mendapatkan yang Esa akan menjadi suci”.

Kemudian kita telaah lagi, bahwa di bawah garis tersebut terdapat huruf (ce), yang artinya diri sendiri,dan berarti TAO berada di dalam diri kita sendiri, sedangkan di luar diri kita tidak terdapat TAO, seperti apa yang tertera di dalam Kitab Suci Tao Te Cing : “Bila kita meninggalkan TAO, maka sepanjang hidup takkan pernah melihat adanya TAO, Agama menyatakan bahwa setiap orang sebenarnya adalah anak Tuhan, TAO tidak menjauhkan manusia, namun manusia sendirilah yang menjauhkan TAO”.

Semua pernyataan-pernyataan tersebut, mengingatkan kita agar mencari yang Esa itu ke dalam diri kita masing-masing, dan jangan mencari diluar (ce) tiga huruf ini, bila dihimpun menjadi satu, jadilah huruf (sou), artinya yang pertama dan yang paling mulia. Berkelana di dunia yang fana ini, hanya untuk membina diri, di dalam TAO-lah yang paling tidak pernah ada salahnya. Sejak dahulu kala, yang membuat kita selalu terkenang di dalam sanubari kita adalah orang-orang suci yang telah mencapai kesempurnaan dan kembali ke asalnya, dengan meninggalkan nama harum di dunia ini, bukanlah pembesar-pembesar dan saudagar-saudagar kaya raya.

Dr. Sun Yat Sen, Bapak Republik Tiongkok pernah mengatakan : “Lakukanlah hal-hal yang besar, dan jangan hanya jadi pembesar”. Di dalam uraian tersebut, terkandunglah makna yang sebenarnya.

Yang terakhir, coba kita simak lagi, bahwa di bawahnya juga terdapat huruf (ceh), yang berarti harus dilaksanakan, TAO bukanlah buah bibir, tetapi harus disimpan di dalam hati. Di dalam hati, TAO adalah kesadaran yang timbul dari sanubari yang telah mempelajari ke-Tuhan-an, misalnya kita sehabis minum, maka akan terasa panasnya atau dinginnya minuman tersebut. Bila TAO hanya dibaca di bibir saja tapi tidak dilaksanakan, maka berarti lain dihati, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat dan itu tidak ada gunanya. Namun kalau dibaca lalu dilaksanakan sepanjang hidup, maka akan berguna bagi diri sendiri, orang banyak (masyarakat). Pepatah mengatakan “Bila tiada budi yang tinggi, maka TAO tidak akan sempurna”.

Untuk melaksanakan TAO, kita mengenal Budi yang bermakna (mengandung) 5 sila (U Chang), yaitu : Kasih sayang, Ksatria, Sopan, Tahu apa yang baik dan buruk, dan Memegang Janji.

Hanya manusialah makhluk yang mengetahui lima dari Budi ini, dan kitapun mengenal Budi yang tercakup dalam 8 (delapan) Kebajikan (Pa Te) yaitu :
1. Berbakti pada Orang Tua.
2. Sayang pada sesame saudara.
3. Setia pada atasan dan Negara.
4. Memegang Janji.
5. Sopan.
6. Ksatria.
7. Kebersihan Hidup. dan
8. Tahu Malu.

APA ITU TAO

Bab I
Apakah TAO itu?

TAO adalah kebenaran dari seluruh jagad raya, Tao juga dikatakan Kebenaran, atau Aturan. Tao tidak beerwujud dan tidak nampak, tiada bersuara, tiada berbau, tidak dapat diperlihatkan, tidak dapat digambarkan. Tapi bila di jagat raya ini tidak ada Tao, maka semuanya tidak akan berkelanjutan. Tao berada di mana-mana, di langit, di bumi, di benda-benda, di masalah-masalah. Di dalam tubuh manusia Tao dikatakan Hatinurani, bila ada orang yang melakukan hal-hal yang berlawanan dengan hatinurani dan kebenaran dari Tuhan, maka dikatakan perbuatannya telah membelakangi Tuhan.

Tao adalah kebenaran yang takkan pernah berubah, sejak adanya jagat raya ini. Sedangkan jagat raya selalu berubah, manusia dan semua masalah juga selalu berubah. Sejak berjuta tahun Tao tidak pernah berubah.

Ribuan tahun yang lalu, bila seseorang mendapatkan Tao, maka ia menjadi orang suci, Nabi Lao Tze, Nabi Gautama. Orang yang hidup saat ini pun bila mendapatkan Tao, ia juga dapat menjadi orang suci, Nabi Lao Tze, Nabi Gautama, malaikat. Demikian halnya, beribu tahun yang akan datang, bila seseorang mendapatkan Tao, ia pun dapat menjadi orang suci, Nabi Lao Tze, Gautama, malaikat.

Tao juga artinya jalan. Tao adalah jalan satu-satunya menuju sorga. Oleh karena itu, barang siapa tahu jalan ini, maka dia dapat kembali ke asalnya, menjadi malaikat, menjadi Nabi Lao Tze, Nabi Gautama. Yang tersesat dari jalan ini akan terjerumus ke lingkaran derita tunimbal lahir (lingkaran reinkarnasi), atau menjadi mahluk di alam neraka. Secara singkat dapat dikatakan, bila kita ingin kembali ke sorga yang penuh kebahagiaan abadi, kita harus mendapatkan Jalan Ketuhanan (Tao), tiada jalan lain.

Bab 2
Asal Usul Tao

Pada jaman dahulu kala, bila seseorang ingin mendapatkan Tao, ia harus meninggalkan keluarganya, meninggalkan segala pekerjaannya, seorang diri menempuh jalan yang jauh, menjadi guru penerang, karena pada jaman dahulu Tao masih tersembunyi, untuk mendapatkan Tao sangatlah sulit.

Tao diturunkan dari seorang guru hanya kepada seorang muridnya. Maka dikatakan, “Tao diturunkan tidak diantara enam kuping”, artinya hanya diturunkan kepada seorang saja. Pada waktu itu kalau bukan titisan malaikan atau Nabi Lao Tze, Nabi Budha Gautama tidak mungkin mendapatkan Tao.

Pada saat ini, banyak manusia yang memiliki hati tidak baik, moralnya rusak, demi hidup harus bersaing, dan banyak melakukan hal-hal yang tidak bermoral, tidak sesuai dengan kehendak Tuhan (hatinurani), akibatnya membuat Tuhan marah, maka turunlah malapetaka, untuk membinasakan yang jahat di antara manusia.

Tapi di antara umat manusia masih banyak yang hatinya baik, bila tidak diusahakan melindungi yang baik, maka yang baikpun akan turut binasa. Bila hal itu terjadi tidak adil, maka dalam situasi demikian Tuhan menurunkan Tao Yang Agung, disebar luaskan di antara umat manusia, timbullah situasi dimana Tao dan malapetaka diturunkan dalam waktu bersamaan.

Situasi ini sulit kita alami, jika kita beruntung selama 3 kali kehidupan, dan pernah membina diri selama 5 kali kehidupan. Leluhur kitapun meninggalkan sisa budi baik bagi kita, juga bila kita dapat dituntun oleh pembawa dan penjamin, diri kita sendiri tulus hati, maka kita akan mendapatkan jodoh dan kesempatan yang baik. Mendapatkan satu titik petunjuk dari guru penerang, mendapatkan Tao, langsung ditunjukkan hakekat dari kehidupan dan kematian, sehingga kita mengerti makna sejati dari kehidupan manusia.

Dengan demikian kita akan terhindar dari malapetaka, setelah meninggal juga dapat mengakhiri kelahiran dan kematian (takkan dilahirkan lagi, dan juga takkan mengalami kematian lagi, roh langsung pulang ke sorga). Demikianlah kehidupan kita di masa ini menjadi tidak sia-sia.

Bab 3
Bedanya Tao dan Agama

Tao adalah pokok dari hatinurani kita, dan merupakan akar yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, juga sumber utama dari jiwa kita. Mendapatkan Tao membuat kita tahu asalnya dari mana, setelah meninggal roh harus pulang ke mana, ini adalah rahasia Tuhan sejak dahulu kala.

Dari zaman ke zaman para suci, para nabi, para Lao Tze, Budha dan malaikat meskipun telah mendapatkan Tao, tak berani sembarangan membocorkannya dicatat di dalam kitab-kitab suci, kalau bukan Tuhan berfirman dan menurunkan guru penerang untuk menurunkan Tao, maka tidaklah mudah bagi kita untuk mendapatkan Tao.

Oleh karena itu, dapat Tao berarti kita telah menemukan hatinurani kita, dan langsung mengetahui sumber kehidupan dan kematian kita. Dengan mendapatka Tao ini, kita dapat mengakhiri kehidupan dan kematian, menjadi roh suci.

Sementara agama, mengajarkan manusia merubah hati yang jahat menjadi yang baik, semua perbuatan buruk jangan dilakukan, lakukan semua yang baik, sehingga manusia dapat mempertahankan hati yang baik, sebagai persiapan kelak mendapatkan Tao. Tetapi agama tidak menurunkan “ilmu sejati hatinurani”, maka pemeluk agama hanya dengan perbuatan baik dengan harapan dapat pahala yang baik, tapi tidak berdaya maju lebih tinggi lagi agar supaya kita terlepas dari kelahiran dan kematian. Inilah perbedaan dari hasilnya Tao dan agama. Maka dari itu, umat dari agama apapun ada kemungkinan mendapat Tao sejati yang agung, yang dapat mengakhiri kita dari kelahiran dan kematian.

Tao bagaikan samudera yang sangat luas dan dalam, sungai besar atau kali kecil, yang airnya jernih atau kotor, tanpa terkecuali, semua dapat ditampung di laut dan sarinya menjadi tunggal. Dalam kehidupan di akhir zaman seperti saat ini Tao diturunkan di dunia ini. Para umat dari agama apapun, dan dari segala suku bangsa, baik orang kaya, mulia atau miskin, hina, pria dan wanita, semua bisa mendapatkan Tao, mendapatkan cara yang terbaik untuk mengakhiri kelahiran dan kematian. Semoga para umat yang baik dapat menegakkan cita-cita yang tinggi, mencari Tao.

Bab 4
Tujuan Tao

a. Tao adalah merupakan ilmu yang diturunkan secara batin, dan menurut ajaran batin dari para guru generasi terdahulu.

Keberadaan Tao ada silsilah dan sumbernya, bukan ajaran yang dibuat-buat, dan bukan sekte agama sesat. Tao adalah ilmu batin yang langsung diturunkan dan membuat kita mampu mengakhiri kelahiran dan kematian.

b. Tao menyadarkan manusia.

Setiap orang memiliki hatinurani, orang dilahirkan ke dunia ini pasti telah dibekali roh oleh Tuhan, roh disebut juga sifat Nabi Lao Tze, Nabi Buddha Gautama (hati Lao Tze, Budha yang penuh kasih), hal itulah yang membuat kita dapat hidup di dunia ini, dan roh disebut juga hatinurani.

Pada dasarnya, setiap orang memiliki hatinurani, karena termakan waktu, lambat laun terlupakan, lalu menjadi hilang. Akibatnya, perbuatan manusia banyak yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, lebih condong melakukan perbuatan-perbuatan yang melawan hukum, tidak bermoral, sehingga dalam kehidupan masyarakat tidak lagi tenteram.

Tujuan Tao adalah menunjukkan adanya hatinurani manusia, supaya setiap orang menemukan hatinuraninya, dan melakukan sesuatu sesuai dengan hatinuraninya.

c. Memulihkan Kebaikan Hati dan Kebajikan Untuk Mencapai Kebaikan Yang Tertinggi.

“Kebaikan Hati” adalah yang membuat orang yang dengan sendirinya dapat membedakan yang salah dan yang benar, yang baik dan yang buruk, tanpa melalui proses berpikir lagi.
Apabila tanpa belajar, orang dapat secara langsung berbuat sesuai dengan standard moralitas, itu dinamakan “Kabajikan”.

Kebaikan Hati dan Kebajikan ini juga diberikan oleh Tuhan kepada kita. Akan tetapi kita hidup di dunia berada dalam peradaban materil, dalam melakukan sesuatu lebih sering untuk mengejar kenikmatan materil, sehingga sering-sering kita tidak tahu lagi apa itu Kabaikan Hati, tidak dapat melakukan Kebajikan, akibatnya apa yang kita pikir dan apa yang kita perbuat, semua demi kepentingan pribadi kita sendiri.

Tujuan agama Tao adalah supaya setiap orang menemukan kembali Kabaikan Hati dan Kebajikan yang dulu memang telah kita miliki. Agar tercipta kehidupan dunia yang sempurna dan ideal.

d. Mentaati Aturan-aturan dan Tatakrama Klasik.
(4 kaidah dan 3 aturan)

4 kaidah : Sopan-santun (Li), satria, fair (I), bersih tidak korupsi (lien), tahu malu (tze).
3 aturan : Atasan sopan bawahan setia, orang tua kasih sayang anak, berbakti, suami-istri harmonis

Chang artinya kaidah abadi. : Pangasih, bijaksana, sopan santun (Li), cerdas (pikiran tenang), tahu yang mana salah dan yang mana benar, pagang janji dapat dipercaya.

Semua aturan dan kaidah di atas itu adalah pendidikan moral zaman dulu. Karena zaman dulu pendidikan moral yang memiliki aturan dan kaidah-kaidah itu sebagai dasar, maka hati orang menjadi lugu, sederhana dan baik, akibatnya hidup tentram dan sentosa.

Tapi di zaman teknologi maju pesat seperti sekarang, orang hanya berpikir mencari uang dan foya-foya, sehingga kaidah-kaidah pendidikan moral dan tatakrama telah terlupakan. Oleh karena itu, pendidikan dari Tao juga bertujuan supaya orang dapat taat pada tatakrama klasik sebagaimana zaman dulu, supaya hatinurani kembali menjadi baik, sehingga dapat kembali hidup tentram dan sentosa.

e. Menggali ajaran-ajaran dari Nabi-nabi Agama

Tao, Budha, pernah mendapatkan kebenaran dari jagat raya ini Tao, maka beliau menjadi nabi. Kebenaran yang didapat oleh nabi itu diam-diam disalurkan di dalam kitab-kitab, untuk dapat memahaminya dengan diri sendiri itu tidak mungkin.

Kini dengan diturunkan Tao ke dunia kita bisa mendapatkan ilmu sejati tantang roh suci, maka barulah kita dapat menjabarkan secara jelas makna sebenarnya yang terkandung di dalam ajaran-ajaran nabi itu, dan kita jadikan pegangan dalam pembinaan Tao.

f. Berusaha Mewujudkan Dunia Yang Sama Rata dan Sama Rasa.

Sampai saat ini, manusia hidup di dunia ini belum pernah dapat menikmati kehidupan yang benar-benar aman sentosa. Karena antar negara, antar manusia sendiri tidak berpijak pada keadilan, yang kuat memakan yang lemah, negara besar mendikte negara kecil, sehingga berkobar peperangan di mana-mana, akibatnya malapetaka merajalela.

Tujuan Tao supaya setiap manusia pulih kembali hatinuraninya, hubungan antar negara dapat berpijak di atas kaidah keadilan, antar manusia datap mentaati aturan dan tatakrama, kita harapkan pada suatu hari kehidupan dunia ini betul-betul menjadi aman sentosa, tercipta dunia yang sama rata dan dan sama rasa.

Tao tidak memiliki latar belakang (background) apapun, tidak semata mengikuti kehidupan duniawi, tidak memiliki organisasi politik, tidak mengembangkan pikiran yang buruk, tidak bentrok dengan peraturan-peraturan dan hukum masyarakat dan negara.
Tao mengajarkan orang untuk berterus terang, polos, jujur bekrja, menghormati langit dan bumi, menghormati para roh suci, berjiwa patriot, setia pada tugas, menjunjung tinggi tatakrama dan sopan santun, berbakti kepada orang tua, hormat kepada guru, bergaul dengan teman, dapat dipercaya, dengan tetangga hidup rukun.

Tao bertujuan untuk merubah yang buruk menjadi yang baik, yang sesat menjadi lurus, membersihkan hati, menjernihkan pikiran, dengan yang palsu (badan kasar membina yang asli/roh sejati), memulihkan roh sejati kita manjadi semula, menegakkan diri sendiri untuk menegakkan orang lain, membujuk hati orang menjadi baik, turut berperan dalam usaha menciptakan ketentraman dunia. Dan pada akhirnya mencapai kehidupan tentram sentosa serta dunia yang sama rata sama rasa.

Bab. 5
Manfaatnya Dapat Tao

1. Dapat mengakhiri Kelahiran dan kematian

Mengakhiri kelahiran dan kematian yaitu keluar dari alam positif dan negatif (Yin Yang), keluar dari lingkaran reinkarnasi, menetap di sorga untuk selamanya, terhindar dari kelahiran dan kematian yang terus menerus.

Apa perlunya mengakhiri kelahiran dan kematian?
Dunia yang kita huni ini adalah neraka hidup yang penuh derita, disebut juga lautan derita. Baik raja-raja maupun rakyat biasa, semuanya akan dan pasti mengalami penderitaan dilahirkan, menjadi tua, terkena penyakit dan kematian. Setiap orang mengalami nasib yang berbeda tentang kekesalan, kesedihan, suka duka. Seperti pepatah mengatakan : “setiap rumah tangga memiliki kitab yang sulit dibaca”.

Untuk terhindar dari penderitaan itu, satu-satunya jalan yang mengakhiri kelahiran dan kematian, yakni mendapatkan Tao, lalu membina Tao, menjalankan Tao dan mencapai kesempurnaan. Mencapai kesempurnaan dalam artian kembali ke sorga, ke alam bahagia abadi, tidak lagi jatuh ke tangan penguasa neraka (Giam Lo Ong). Kini saatnya telah di ujung zaman, Tao yang sejati diturunkan ke dunia. Apabila setelah mendapakannya, kemudian dibina dengan setulus hati, kelak pasti dapat mencapai tujuan, yaitu berakhirnya kelahiran dan kematian.

2. Dapat Merubah Yang Buruk Menjadi Yang Baik. Meninggalkan Yang Sesat Menuju ke Jalan yang Lurus.

Melakukan kejahatan dan hal-hal yang sesak, kebanyakan dikarenakan mementingkan diri sendiri dan berpikiran sesat. Orang yang melakukannya, semasa hidup terkena hukuman, dan setelah meninggal akan diadili oleh penguasa neraka. Namun bila telah mendapatkan Tao, berarti kita telah menemukan kembali hatinurani. Maka timbullah pikiran jernih, kita dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang bengkok dan yang lurus, semua yang kita lakukan sesuai dengan suara hatinurani, sesuai dengan aturan, dan tidak menyimpang. Maka hanya dengan mendapatkan Tao, kita baru benar-benar dapat merubah sikap yang buruk menjadi baik, meninggalkan jalan sesat kembali ke jalan lurus.

3. Dapat Terhindar Dari Malapetaka dan Membayar Hutang Karma

Hukum karma mengatakan : “Berbuat baik akan dapat balasan baik, berbuat jahat akan dapat balasan jahat”. Jika mendapat malapetaka dan hutang-hutang karma, itu termasuk pembalasan buruk.

Apa sebab adanya malapetaka dan hutang karma?
Karena banyak orang melakukan berbuatan yang bertolak belakang dengan kehendak hatinurani, lama kelamaan, pembalasan itu menumpuk menjadi pembalasan yang berupa malapetaka besar yang belum pernah terjadi sejak dahulu kala.

Baik secara individu (perorangan) maupun secara kolektif (masyarakat), orang dirongrong oleh hutang karma, akan dihukum oleh berbagai malapetaka. Malapetaka dan Hutang Karma itu timbul dari perbuatan yang bertolak belakang dari kehendak hatinurani, ini berarti manusia kehilangan Tao.

Oleh karena itu, untuk menghindarkan malapetaka dan membayar hutang karma, harus mendapatkan Tao, menemukan kembali hatinrani yang hilang, barulah dapat melakukan setiap perbuatan sesuai dengan suara hatinurani. Hasilnya adalah secara individu akan berubah dari buruk menjadi baik.

Bab 6
Cara Membina Diri Setelah Dapat Tao

Zaman dulu untuk membina diri harus meninggalkan rumah tangga (menjadi pertapa). Tapi sekarang di akhir zaman, Tao yang sejati telah diturunkan, untuk menolong para umat, sekaligus terjadi penyelamatan global dari tiga alam. Guru penerang dengan perintah khusus dari Tuhan yang maha esa turun ke dunia, menyebarkan ajaran sejati hatinurani. Para Budha dan roh-roh suci juga turun ke pelosok bumi menyebarkan berita Tuhan, menyebarkan jalan sejati kerohanian.

Dengan jelas akan diberi petunjuk jalan pintas untuk membina diri, yaitu tidak perlu meninggalkan keluarga, dan tidak meninggalkan keramaian duniawi, kita dapat bersama-sama sekeluarga membina diri. Orang tua tidak kehilangan kesempatan memelihara anak-anaknya dengan kasih sayang, si anak tidak kehilangan kesempatan berbakti pada orang tua, suami-istri tidak kehilangan keharmonisan, antara saudara tidak kehilangan persaudaraan

Demikian halnya kalangan profesional, petani, pekerja, pedagang, semua dapat membina diri, sambil membina diri dapat melakukan pekerjaannya masing-masing, ini disebut berkarya sambil membina diri dengan mudah dan sederhana, Ini semua karena Tuhan begitu mencintai anak-anaknya manusia.

Sebagai bukti Tuhan mencintai manusia, maka kepada manusia diturunkan karunia-Nya yang agung, diberikan pengampunan yang luar biasa. Agar setiap orang dapat membina diri, baik pria dan wanita, maupun orang buta huruf juga dapat mengakhiri kelahiran dan kematian.
Bagi kaum terpelajar yang mendapat pendidikan tinggi, ada kemungkinan dapat meraih sukses sebagai para suci, para Budha dan malaikat. Kita telah memiliki kesempatan yang demikian langkanya, semoga semua umat yang tulus hati dari berbagai kalangan dapat menegakkan cita-cita tinggi untuk membina diri.

Cara membina Tao (diri), yaitu menegakkan diri sendiri untuk menegakkan diri orang lain, menyempurnakan diri sendiri untuk menyempurnakan diri orang lain. Menegakkan dan menyempurnakan diri sendiri yaitu membina diri sendiri, merubah hal-hal yang buruk pada diri sendiri, membuang sifat buruk, kelakuan yang tidak sesuai dengan aturan, kebiasaan yang tidak baik semua dirubah dan diperbaiki. Supaya dasar kita sendiri kokoh, budi pekerti mencapai taraf yang cukup tinggi, lambat laun menjadi orang yang berbudi pekerti agung.

Menegakkan dan menyempurnakan orang lain yaitu setelah diri sendiri sudah dapat berdiri tegak, sudah mencapai taraf yang cukup tinggi, lalu menyebar luaskan kebenaran. Pengetahuan yang kita dapat kita sampaikan kepada keluarga kita, supaya mereka pun seperti kita dapat merubah dirinya menjadi orang baru, mencapai budi pekerti yang agung, dan dapat kembali ke alam bahagian yang abadi.

Merubah diri menjadi baik, membina budi pekerti sendiri disebut pembinaan ke dalam. Menyebarkan ajaran Tuhan mengajak orang mendapatkan Tao, menasehati orang agar membina diri, disebut pembinaan ke luar. Sekarang sudah di akhir zaman keadaan tidak karuan, karena banyak orang baik belum mendapatkan Tao, maka diutamakan pembinaan ke luar. Bila pembinaan ke luar sukses, pembinaan ke dalam juga ada kemungkinan berhasil.

Oleh karena itu, membina Tao mengutamakan pembinaan ke luar. Apabila kelakuan diri sendiri tidak benar, tabiat tidak agung , mau mengajak orang dapat Tao sulit. Terlebih dahulu perbaikilah diri sendiri baru dapat menasehati orang lain, maka dari itu, pembinaan ke dalam juga penting. Untuk membina Tao yang agung caranya ialah pembinaan ke dalam dan ke luar harus dilakukan bersamaan, maka akan mencapai sukses.

RIWAYAT HIDUP LAO TZE

Sumber keterangan mengenai riwayat hidup Lao Tze terdapat dalam karya Szu-ma Chien, yang hidup peda abad pertama sebelum masehi (415-90 sM).

Keluarga Li di Desa Keh Jin dalam distrik Tsow, yang sekarang termasuk wilayah Provinsi Honan, melahirkan seorang putra pada tahun ketiga masa pemerintahan penguasa ke-21 dari Dinasti Chow Timur (771-255 sM), diberi nama Li Peh Yang. Sangat sedikit hal yang menceritakan tentang masa mudanya, kecuali tentang dirinya yang kemudian menjabat sebagai Pengawas Urusan Arsip pada Perpustakaan Kerajaan di Ibukota Loyang.

Jabatannya itu, memberi peluang dan kesem-patan bagi Li Peh Yang untuk belajar dan mem-peroleh pengetahuan secara luas. Setelah mem-peroleh cukup pengetahuan, iapun banyak menge-luarkan banyak pendapat, dan dikagumi banyak orang. Maka namanya semakin terkenal dan mendapat julukan Lao Tze atau Ahli Pikir Tua.

Lao Tze, dapat juga diterjemahkan sebagai “putra tua”, “sahabat tua”, atau “sang guru tua”, atau sering juga kita terjemahkan sebagai “guru”, merupakan gelar kecintaan dan penghormatan kepada seseorang dan bukan namanya.

Beberapa legenda yang berada di sekitar Lao Tze juga tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan-nya. Dia dikabarkan lahir tanpa dosa, meskipun banyak orang yang tidak tahu betul tentang kela-hirannya. Dia dilahirkan tanpa dosa sama sekali oleh sebuah meteor dan dikandung oleh ibunya selama delapan puluh dua tahun. Oleh sebab itu, ia lahir sebagai orang yang sudah tua dengan rambut di kepalanya yang sudah memutih. Dia lahir sebagai orang yang bijaksana dan penuh dengan wibawa.

Berkat pekerjaannya sebagai pemelihara arsip di negaranya, yaitu di sebelah Barat China, maka semua arsip-arsip negara terjaga dengan rapi dan tersimpan di tempat-tempat yang aman, karena dia tergolong orang yang tekun dalam mengurus persoalan kearsipan.

Walau ia sudak cukup terkenal, namun Lao Tze tetap menjadi pengawas urusan arsip. Kemu-dian terjadi perubahan sikap dan kebijaksanaan para penguasa dinasti Chow, yang semakin hari semakin sewenang-wenang, lebih mengutamakan berfoya-foya dan menuruti kesenangan diri sendiri. Lao Tze merasa hidupnya dalam kehinaan di bawah penguasa yang berprilaku seperti itu. Sekalipun usianya sudah mendekati 90 tahun, Lao Tze meninggalkan tanah kelahirannya.

Dalam perjalanannya mencari dunia baru, pada jalan genting Hankow, seorang perwira pengawas perbatasan bernama Hin Yin mengenali Lao Tze, lalu mencegahnya dan tidak menginzin-kannya lewat. Diperlakukan seperti itu, Lao Tze menanyakan : “Kanapa anda tidak memperkenan-kan saya lewat?”, tanya Lao Tze.

“Tuan guru, anda adalah seorang ahli pikir terbesar, kemasyhuran nama anda sudah terde-ngar di mana-mana, tetapi anda tidak pernah menu-liskan ajaran untuk kami warisi. Jika anda diizin-kan lewat, maka kami akan tidak memiliki catatan tentang ajaran anda,” ujar penjaga tersebut.
“Jika saya tuliskan ajaran saya, apakah anda akan mengizinkan saya lewat?” tanya Lao Tze.
“Ya tuan guru,” jawab perwira Hin Yin.

Guna memenuhi permintaan perwira Hin Yin tersebut, Lao Tze berada selama tiga hari tiga malam di daerah perbatasan itu, untuk menuliskan hal-hal terpenting dari ajarannya. Kemudian Lao Tze menyerahkan hasil tulisannya berupa buku tipis yang terdiri atas 5000 huruf Tionghoa, diberinya nama Tao Te Cing yang mempunyai arti Tao dan Kodratnya.
Perwira Hin Yin menerimanya dengan gem-bira, kemudian Lao Tze diizinkan lewat dan melan-jutkan perjalanannya menuju ke arah barat, konon menuju Tibet sekarang ini. Berbeda dengan para penyebar agama lain, yang melalui berbagai tan-tangan dan penuh penderitaan. Lao Tze hanya meninggalkan sebuah buku tipis sebagai warisan.

Agama Tao yang merupakan agama leluhur masyarakat Tiongkok, adalah merupakan agama yang berpegang kepada ajaran Lao Tze, yang hidup pada abad 6 sebelum Masehi (604-517 sM). Lao Tze lebih tua lima puluh tahun dari Kung Fu Tze (551-479 sM).

Gambaran mengenai keseluruhan pribadi Lao Tze didasarkan pada buku kecil (Tao Te Cing) yang diyakini ditulisnya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Namun Lao Tze adalah sosok tokoh yang lain, dia digambarkan dapat menggabungkan dua karakter sekaligus, dia sebagai petapa atau senang hidup menyendiri dan juga sebagai seorang humoris atau orang yang senang bergaul dan menyenangkan untuk semua orang. Sehubungan dengan dia senang untuk bertapa atau menyendiri, maka tidak heran jika para ahli menganggap bahwa ajaran-ajaran Lao Tze sebagai mistisisme atau tasawuf dalam ajaran Islam sebagaimana dipraktekkan oleh banyak filosof muslim di negara-negara Arab.

Kitab yang berjudul Tao Te Cing, dipandang sebagai karya kefilsafatan pertama dalam sejarah Cina. Kitab ini juga diyakini berasal dari Lao Tze dan dipandang orang Cina sebagai pedoman yang amat penting dalam hidup ini. Ini terbukti bahwa sampai sekarang kitab tersebut masih menjadikan acuan jika kita ingin melihat bagaimana alam pikiran Cina masa lampau.

Buku kecil ini dapat dibaca dalam waktu singkat dan meliputi keseluruhan ajaran Tao. Ajaran ini sampai sekarang masih tetap menjadi acuan para pengikut Tao di seluruh dunia. Ajaran Lao Tze ini juga tidak luput dari penafsiran-penafsiran para ilmuan, termasuk menghubung-kannya dengan kepentingan dunia gaib dan untuk kepentingan meramal nasib. Tafsiran ajaran Lao Tze yang sangat beragam, melahirkan pandangan orang tentang agama Tao yang berbeda-beda.

Pada akhir riwayatnya, Lao Tze dikabar-kan menunggang seekor kerbau dan pergi ke arah Barat, yang sekarang ini daerah tersebut dikenal sebagai Tibet.

SEJARAH AGAMA TAO

Agama Tao adalah Agama tertua di dunia, yang hingga kini telah mencapai + 4600 tahun riwayatnya. Pada jaman dahulu para guru mempunyai aliran masing-masing, banyak yang menempuh jalan dengan menurunkan ajarannya secara pribadi saja, sehingga belum banyak yang mengungkap secara lebih rinci apa-apa yang ada di dalamnya dan terhadap inti sari Tao. Khalayak ramai banyak yang belum mengerti, bahkan pengertian umum tentang Tao pun masing-masing masih berbeda.

Agama Tao adalah Agama yang ber ke-Tuhanan, menjunjung tinggi derajat nenek moyang, menghormati tata tertib, mencintai sesamanya. Dewa-Dewi termasuk yang disembah/dipuja, namun kebanyakan penganutnya masih belum memahami asal usul dan riwayat dewa-dewi yang disembah/dipujanya itu, mereka hanya mengikuti tradisi saja, bahkan keadaannya sudah merupa-kan suatu tradisi.

Agama Tao mengharuskan umatnya berke-Tuhan-an, bersembahyang dan menghormati nenek moyangnya masing-masing. Menganggap siapa saja yang berjasa kepada Negara atau kepa-da rakyat banyak serta pernah memberi kejutan atau kemukjijatan, maka boleh dianggap sebagai dewa-dewi dan disembah. Yang dilaksanakan umat Tao adalah : berbaik hati, berbaik mulut, berbaik membaca, berbuat baik, meneladani kebaikan, semua itu guna menyempurnakan dan menyatu-kan diri dengan alam atau Tuhan (Thian), mengin-tensifkan alam pikiran ke-Tuhanan tapi tidak taha-yul, mengintensifkan sembahyang-sembahyang tapi tidak berlebihan atau pemborosan.

Agama Tao tidak menolak agama lain dan dapat menghormatinya, hingga dapat berkembang secara berdampingan dan damai. Penyebaran agama Tao sangat luas, dari Asia, Afrika, Amerika, Eropa bahkan daerah-daerah lain juga banyak penganutnya. Menurut statistic yang tak resmi saja kira-kira ada 50 juta lebih, inipun yang sudah terdaftar, namun penganut biasa yang belum ter-daftar pasti masih banyak lagi. Didalam persoalan rumah tangga, agama Tao mengajarkan harus dapat mempertahankan tata rumah tangga yang harmonis, membimbingnya menuju kejalan yang penuh kebahagiaan. Di dalam bidang melatih Fisik dan Mental, sama-sama dipentingkan sehingga dapat mencapai 3 arus berkumpul diatas kepala dan 5 hawa bersatu dan menyatu dengan alam / Tuhan (Thian) didalam tingkah laku kehidupan, Sabar, Hemat, dan menahan diri menjadi salah satu pedoman.

Agama Tao (Taoisme) mengajarkan untuk mempelajari, menekuni, dan melaksanakan Taoisme sebagai pola utama. Taoisme merupakan sumber yang muncul dan berkembang paling awal, yang berasal dari Xian Yuan Huang Di dan sudah menjadi milik bangsa Tiongkok dari semenjak dahulu kala.

Asal mula agama Tao berawal pada Huang Di, lalu berkembang kepada Lao zi, kemudian terbentuklah agama pada guru agung Zhang Dao Ling, para Cendikiawan pada jaman Negara-negara berperang, pada dinasti Qin dan Han, semua mengagungkan ilmu Huang Di dan Lao zi, dengan menye-butnya sebagai keluarga Tao.

Dinasti Tang dan Song mengumumkan serta menganut dasar pemikiran ilmu agama Tao, meyakini dan mempercayai juga mengagungkan-nya. Karena penyebaranya dari bangsa Tionghoa, maka agama Tao dipandang sebagai agama Tiongkok sejak dahulu kala. Mengenai agama lain, semuanya bukan sebagai agama asli milik Tiongkok. Presiden Jiang pernah mengatakan “ Kita tidak bisa memungkiri bahwa agama Tao adalah salah satu agama yang asli milik Tiongkok”.

Agama Tao berazaskan kesetiaan, berbakti dengan menghormati langit dan menghormati leluhur, menguntungkan segala benda serta membantu manusia. Sebagai tugas yang berbeda dari agama lain adalah : Berazaskan bebas merdeka, persamaan derajat, dan kedamaian. Prinsip dari agama Tao adalah untuk belajar, menekuni dan melaksanakan Taoisme tanpa batasan, maka akan tampaklah keindahannya. Usaha menekuni ilmu keluarga Taoisme terbagi 2 (dua) bidang, yaitu : Ilmu keluar dunia dan masuk ke dunia. Ilmu keluar dunia adalah mementingkan (memelihara watak dan tingkah laku menuju kemurnian), dengan tujuan melampaui hidup biasa untuk masuk kedalam kesucian.

Sedangkan Ilmu masuk ke dunia menitik beratkan kepada (kesetiaan, kebaktian, kasih sayang, hidup hemat), tujuannya adalah untuk memperbaiki diri, menguntungkan orang lain. Berlatih ilmu keluar dunia dapat merangkap berlatih ilmu masuk ke dunia, berlatih ilmu masuk ke dunia juga dapat merangkap berlatih ilmu ke luar dunia, semuanya sama sekali tidak ada pembatasan atau perbedaan namun cenderung ke satu bidang.

Agama Tao adalah suatu agama dewata yang menghormati Tuhan, meneladani leluhur, semua suci murni bawaan suci kedewaan duniawi, serta roh dewa dewi Negara dan daerah setempat, masing-masing disembahyangi menurut keyakin-an rakyat, bagi yang menyembah suci murni bawaan, dapat merangkap menyembahyangi roh dewa duniawi juga boleh menyembahyangi suci murni bawaan, tanpa ada larangan.

Dewa tertinggi agama Tao adalah Tri Suci, berada dialam tanpa kutub: Yang Mulia Yu Qing, Yang Mulia Shang Qing, dan Yang Mulia Thai Qing. Selanjutnya adalah dewa terhormat dialam Thai Cik : Yang Mulia Tao Lao, Tuhan (Allah), serta Kaisar Agung Empat Kutub, Kaisar Agung Tiga Pejabat, dan para pengatur bintang selatan dan utara serta raja para bintang dan lain-lainnya. Dan ini berhubungan dengan munculnya sebelum langit dan bumi terpisah, maka disebutlah Suci Murni Asli.

Agama Tao disebut juga Keluarga besar/rumpun Taoisme, bermula dari Huang Di. Menurut sejarah kuno menyebutkan bahwa Huang Di pergi kegunung Kong Tong Shan lalu beliau bertanya kepada Guang Cheng Zi, mengenai cara mengatur bangsa Tionghoa pada masa-masa yang akan datang. Kemudian Huang Di bertapa dan berhasil, terlihat pada siang hari dengan menunggangi naga di danau Ting Hu lalu terbang ke langit.

Kemudian upacara sembahyang pada jaman Dinasti Tang, Yu, Xia, Shang dan Zhou, tabuhan musik upacara semua berasal dari Tao. Pada jaman Zhou, Lao Tze menciptakan Kitab Moral, untuk mengulas inti Zhuang Ze tentang makna agama Tao.

Pada jaman Negara berperang Gui Gu Zi, Zhuang Zi, dll. Semua menganut ajaran Huang Di dan Lao Tze, merekomendasikan dan menyebar-kan ajarannya, lalu ahli ramal, ahli strategi, ahli kemiliteran dan ahli-ahli yang lain, lambat laun semua memihak ke Taoisme. Karenanya keluarga besar Tao semakin meluas. Hingga jaman dinasti Han, Zhang Dao Ling bertapa di gunung Qing Cheng Shan didaerah pusat Shu (Si Chuan), dan mendapatkan buku Pembuat Obat Sembilan Tungku ( Ini berarti pengalaman yang sangat ber-harga). Jiu Ding Dan Shu dari Huang Di mem-pelajari rahasia orang pintar, mendapatkan anugerah langsung dari Tai Shang Lao Jun, menjadikan lambang Kitab Wibawa sekutu Meng Wei Jing Lu, lalu menciptakan tata cara agama Tao dan menentukan pengaturan agama Tao.

Dengan demikian barulah keluarga besar Taoisme secara resmi menjadi suatu agama yang berorganisasi. Orang dengan hormat menyebut Zhang Dao Ling sebagai Guru Agung Zheng Yi Tian Shi. Maka dari itu dikatakan agama Tao bersumber / berawal dari Huang Di, tersebar pada Lao Tze, lalu terbentuklah agama pada Guru Agung Zhang Dao Ling.

Agama Tao semenjak ajaran Guru Agung Zhang Dao Ling pada jaman dinasti Han, telah lama berkembang pesat, semua pedoman dan upacara juga sudah menampakkan bentuknya, namun yang menjadikan agama Tao mendapatkan dasar yang gemilang didalam sejarah bangsa Tiongkok. Boleh dikatakan tidak sedikit mendapatkan ban-tuan tenaga reformasi Thian Si Dao oleh Kou Qian Zhi dinasti kelompok utara menurut buku Wei Shu Shi Lao Zi atau dengan nama lain Fu Zhen, selalu berminat dengan ajaran dewa.

Masa mudanya mempelajari ilmu Zhang Lu, memakan obat-obatan sekian tahun tidak berhasil kemudian ikut dengan dewa Cheng Gong Xing berkeliling dan masuk ke Gunung Song Shan bertapa hingga mencapai 10 tahun. Hingga dinasti Wei Utara, jaman Shen Rui 2 tahun bulan 10 Yi Mao, menjumpai Tai Shang Lao Jun turun dari langit, dan menga-takan pertapaan Kou Qian Zhi dengan amat antusias lalu diserahi kedudukan sebagai Tian Shi, serta dihadiahi kitab Pedoman “ Yun Zhong Shou Song Xin Khe Jie “ sebanyak 20 jilid. Dan disuruh mengikuti pelajaran baru, menyingkirkan tiga helai ilmu palsu, pungutan pajak berupa uang dan beras, serta ilmu yang tidak wajar penyatuan hawa lelaki dan perempuan, serta menurunkannya kepada Kou Qian Zhi, ilmu rahasia menyalurkan nafas di lunakkan.

Kemudian 8 tahun setelah jaman Tai Chang, dari guru Agung Li Pu Wen menerima kitab “ Lu Tu Zhen Jing “ sebanyak 60-an jilid, berisi cara menggugat , memanggil setan dan dewa, serta cara rahasia mengolah obat ramuan yang dikunci rantai dan getah cair dengan 8 jenis batuan mulia, tempat altar bersembahyang, busana dan upa-cara, masing-masing mempunyai kualitas berbeda-beda.

Tahun berikutnya dipersembahkan kepada Kaisar Shi Zu (Tai Wu Di), dan disambutnya dengan senang hati. Membangun tempat ibadah di sebelah tenggaranya Ping Cheng yang bertingkat rangkap lima. Mengumpulkan umat Tao sebanyak 120 orang, berdo’a enam kali setiap hari. Kaisar Shi Zu sangat meyakininya, disebut dengan hormat sebagai Tian Shi (Guru Agung). Mengembangkan ilmu ajaran baru, dan diumumkan keseluruh penjuru negeri, akhirnya usaha Tao berkembang pesat! Shi Zu menamai dirinya sebagai Pemimpin Sejati Aman Sentosa, merubah nama tahun men-jadi menjadi nama tahun Tai Ping Zhen Jun.

Namun para Kaisar pada jaman Wei bela-kang, setiap penobatan pasti berkunjung sendiri ke tempat ibadah Tao, menerima rajah dan mantra sebagai penganut ajaran Tao. Agama Tao hingga saat itu, boleh dikatakan sudah mencapai keber-hasilan besar. Pada hakekatnya yang disebut Kou Qian me reformasi ajaran Tian Shi Dao, semula bermaksud ingin merebut posisi tradisi Guru Agung Han, namun tidak berhasil. Tetapi terhadap agama Tao sungguh memiliki arti yang dapat dipuji ialah melanjutkan yang terdahulu meninggali untuk yang akan datang dan menyebarkan cahaya terang yang gilang gemilang!.

Mengenai perkataan Qiu Qiong Shan didalam petikan Gai Yu Cong Kao dikatakan: Larangan diudara (angkasa) adalah awal dari upacara puasa pada generasi belakang; mengolah obat dengan mengunci rantai sebagai awal merebus racikan obat oleh generasi sebelumnya dan perkataan yang lain-lainya tidak sesuai dengan kenyataan. Padahal di dalam agamanya Kou Qian Zhi meliputi upacara berpuasa dengan penyaluran pernafasan dan lain sebagainya. Dengan cara memperbaiki dan menambahkan kekurangan untuk menyem-purnakan dan ini sama sekali bukan yang dicipta-kan olehnya, yang dikatakan sebagai awal, sebenarnya semua itu adalah keliru.

Kitab Suci Tao Te Cing (tentang Pa Kwa) Nabi Lao Tze, mengatakan bahwa : Kebaikan yang belum cukup banyak takkan mengharumkan nama, kejahatan yang menumpuk tidak akan membi-nasakan, selalu berbuat kebaikan, berbudi baik dan semuanya itu dengan sendirinya akan menjulang. Hal-hal yang buruk bila tidak diubah dan jika selalu dilakukan maka pada suatu saat akan membinasakan diri sendiri.

Dari ilmu pendidikan dapat kita telaah yaitu ; tidak ada jasa yang lebih besar dari pada merubah yang jahat menjadi baik dan tidak ada dosa yang lebih besar daripada merubah yang baik menjadi jahat. Maka seorang yang budiman mempunyai pedoman: mencintai kebaikan dan membenci kejahatan, selalu melakukan kebajikan (perbuatan baik) harus cepat dan tiada hentinya bagaikan air yang mengalir.

Janganlah mengambil sikap menunggu, membuang dan menjauhi hal-hal yang buruk harus dengan tekad yang membaja seperti ingin mem-balas dendam terhadap sikap yang buruk, yaitu benci akan kejahatan, sehingga jiwa kita akan sepenuhnya tidak akan melakukannya, seperti pepatah mengatakan : Mendengarkan suatu kebaikan dan melihat suatu kebaikan, segeralah kita lakukan, bagai tak keburu, mendengarkan hal yang buruk dan melihat hal yang jahat, segera jauhi bagaikan dikejar setan. Hal-hal yang baik meskipun sedikit lakukanlah, memikirkan yang buruk dan jahat meskipun sedikit janganlah kita lakukan sekali-kali.

Seperti yang dikatakan pada jaman dahulu oleh Raja Lie : Jangan mengenggap hal-hal yang baik dan kecil sifatnya namun tidak dilakukan dan janganlah melakukan hal-hal buruk walaupun sifatnya hanya kecil.


Dalam ajaran Nabi Lao Tze, Teman merupa-kan salah satu kaidah didalam lima kaidah kehi-dupan manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa berteman (tak dapat hidup secara individualisme) Namun kita juga harus berhati-hati didalam berteman dengan seseorang yang sifatnya jahat, karena jika kita tidak berhati-hati maka akan rugi nantinya. Oleh sebab itu didalam berteman kita juga harus pandai memilih dan selalu berhati-hati.

Nabi Lao Tze bersabda : Utamakanlah kesetiaan dan kepercayaan, tiada seorang teman yang kurang dari kita. Apa yang dinamakan berteman ? menurut sebuah naskah suci Lie Ci mencatat; Orang seperguruan adalah orang sejalan. Nabi Lao Tze bersabda : Bila tidak seper-jalanan takkan cocok, Bila kita ingin mencari seorang teman, lihatlah diri sendiri terlebih dahulu, apakah ucapan dan semua kelakuan kita berguna terhadap orang lain.

Jika kita sendiri tidak melihat diri kita tentang ucapan dan perbuatan kita, lalu kita ingin mencari seorang teman yang berguna bukankah hal ter-sebut sama saja dengan membohongi diri sendiri? jika kita tidak menguasai prinsip yang benar dalam berteman, bagaimana mungkin kita memperoleh seorang teman yang baik. Di dalam berteman haruslah jujur dan tulus hati maka dengan demikian lama kelamaan kitapun akan dihormati orang, selalu saling membantu dan memberi semangat, bersama-sama membina budi pekerti yang baik dan berkarya, saling menasehati, berbuat baik dan menjauhi keburukan, dengan demikian barulah dapat dikatakan mempunyai manfaat dan faedah dalam berteman.

Sun Tze seorang Cendikiawan pada jaman dahulu dalam penulisannya tentang membina diri menuliskan bahwa : “Orang yang tidak sanggup saya imbangi adalah sebagai guruku, orang yang seimbang denganku adalah kawanku, orang yang menjilat padaku adalah maling / pencuri bagiku”. Karena itu seorang yang budiman sangat menghor-mati gurunya, mengasihi temannya dan sangat tidak suka terhadap maling atau penjilat.